Beberapa hari lalu, Gizchina melaporkan keberadaan sembilan aplikasi berbahaya di Android yang sudah diunduh lebih dari 470 ribu kali. Kesembilan aplikasi Android ini menyaru sebagai alat optimisasi performa perangkat.
Namun, kenyataan berkata sebaliknya. Alih-alih meningkatkan performa Android dengan menghapus cache atau fitur lainnya, sembilan aplikasi tersebut diketahui bisa mengakses akun Google dan Facebook pengguna.
Fakta ini tentu saja terbilang mengejutkan. Apalagi, beberapa aplikasi diketahui sudah digunakan oleh lebih dari ratusan ribu pengguna Android yang berasal dari berbagai negara. Kira-kira, apa saja jenis data yang berhasil dikumpulkan aplikasi tersebut dari perangkat kita, ya?
Baca juga:
Fakta tersebut ini dilaporkan oleh Trend Micro, perusahaan keamanan siber asal Jepang. Menurut rilis yang dibagikan perusahaan di blog resmi, perusahaan menemukan beberapa aplikasi optimizer, booster, dan utilitas di Google Play Store.
Aplikasi-aplikasi tersebut mampu mengakses konfigurasi server iklan. Melalui akses tersebut, sembilan aplikasi Android berbahaya ini bisa menyalahgunakannya; contohnya seperti tindak penipuan digital, hingga mengunduh dan memasangkan lebih dari 3.000 jenis malware di perangkat yang tentunya bakal memengaruhi performa.
Dan berdasarkan analisis tim Trend Micro, tindak kriminal siber di balik aplikasi tersebut bisa membuat perangkat secara otomatis memberi review positif pada aplikasi-aplikasi jahat lainnya; tanpa disadari pengguna.
Ini bukanlah temuan pertama Trend Micro. Sebelumnya, perusahaan juga membagikan temua serupa pada bulan Agustus 2019 lalu.
Saat itu, peneliti menemukan 85 aplikasi fotografi dan gaming yang berisi adware di Google Play Store.
Yang mengejutkan, 85 aplikasi berbahaya di Android tersebut bahkan sudah diunduh lebih dari 8 juta kali oleh pengguna smartphone dan tablet.
Empat aplikasi paling populer juga turut diidentifikasi menyebarkan adware, antara lain aplikasi Super Selfie, Cos Camera, Pop Camera, dan Line Puzzle.
Baca juga:
Hasil pengamatan tim Braintologi, kesembilan aplikasi tersebut kini sudah dicabut pihak Google Play Store. Meskipun begitu, nggak mengurangi kekhawatiran pada beberapa pengguna yang sudah terlanjur mengunduhnya.
Seperti kata bijak yang sudah sering kita dengar, “Pencegahan adalah solusi terbaik”. Maka dari itu, tim Braintologi akan membantu pengguna dengan menguraikan cara mengetahui apakah sebuah aplikasi legal atau diisi dengan program-program jahat.
Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk menghindari aplikasi berbahaya di Android. Antara lain dengan membaca ulasan dari pengguna yang sudah mengunduh, bersabar sebelum benar-benar mengunduh dan meng-install, serta menggunakan aplikasi dari pengembang yang sudah populer.
Sementara itu, FraudWatch International membagikan beberapa ciri-ciri aplikasi berbahaya. Ciri-ciri tersebut antara lain; aplikasi berisi banyak iklan, memiliki ikon yang mirip dengan aplikasi lain yang ingin ditiru, dikembangkan oleh studio yang nggak terkenal, jumlah pengunduhnya sedikit, serta biasanya diisi ulasan buruk.
Maka, kalo kamu menemukan kondisi ini, langsung laporkan aplikasi tersebut. Setidaknya, kamu bisa sedikit berkontribusi untuk menciptakan lingkungan digital yang lebih aman dan nyaman, kan?
Update terus artikel seputar aplikasi Android atau iOS di Braintologi. Dengan begitu, kamu bisa mengetahui informasi perkembangan teknologi dan gadget terkini.
Baca juga: