Meski Jaringan 5G belum terealisasi sama sekali, bahkan sejumlah negara juga belum mengimplementasikan jaringan 5G secara komersial, dan jaringan 5G yang belum merata di seluruh dunia, Huawei justru sudah memikirkan bagaimana mengembangkan jaringan 6G.
Perusahaan asal Tiongkok itu dilaporkan telah mulai melakukan penelitian terhadap pengembangan jaringan generasi ke-6. Penelitian tersebut dilakukannya di pusat riset miliknya yang terletak di Ottawa, Kanada.
Menurut sebuah laporan yang dilansir Tech Spot, penelitian ini dilakukan Huawei melalui kerja sama strategis dengan 13 universitas dan sejumlah lembaga di sana. Menurut Huawei, butuh waktu yang cukup panjang untuk melakukan penelitian tersebut.
"5G sudah cukup baru, dan 6G adalah bagian dari apa yang disebut evolusi 5G," kata Song Zhang, wakil presiden strategi penelitian dan kemitraan Huawei di Kanada.
Menurut Zhang, teknologi jaringan 6G ini diperkirakan baru akan tersedia secara komersial setidaknya membutuhkan waktu sepuluh tahun atau lebih tepatnya pada 2030, saat itu 5G seharusnya sudah stabil dan kuat.
Langkah serupa sebetulnya juga telah diambil Samsung. Pada awal tahun 2019 ini Samsung dikabarkan telah mulai melakukan penelitian jaringan 6G di pusat penelitiannya yang terletak di Seoul, Korea Selatan. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika Huawei juga mengambil langkah serupa dengan melakukan riset awal jaringan 6G, meski jaringan 5G pun belum diimplementasi secara maksimal.
Perusahaan lain senegaranya, yakni LG juga sedang bekerja pada 6G. Perusahaan itu bekerja sama dengan Institut Sains dan Teknologi Korea (KAIST) dengan membuka pusat penelitian yang didedikasikan untuk standar tersebut. Sementara itu, Tiongkok juga akan membangun jaringan uji 6G mulai tahun 2020.
Huawei sendiri memang dikenal sebagai salah satu perusahaan yang agresif dalam mengembangkan teknologinya khususnya jaringan. Perusahaan berlogo kipas merah itu bahkan sudah mengembangkan jaringan 5G sejak satu dekade silam.
Beberapa waktu lalu, Huawei tertimpa masalah yang menyebabkan perusahaannya itu harus masuk ke dalam daftar hitam oleh pemerintah Amerika Serikat (AS). Perusahaan yang masuk dalam daftar itu tidak diperkenakan membeli komponen dalam bentuk apapun dari perusahaan AS.
Namun, pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang berlangsung di Osaka, Jepang pada Juni lalu, masalah itupun kelar setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Tiongkok, Xi Jinping akhirnya berdamai. Huawei diizinkan kembali oleh Trump untuk membeli produk dari perusahaan pemasok AS.
Pekan lalu, Huawei juga baru saja meluncurkan sistem operasi buatannya yang bernama HarmonyOS, sebagai antisipasi jika nanti di kemudian hari, perusahaan asal Tiongkok itu diboikot AS kembali.