Sony tidak lagi menjadi pemain penting di pasar ponsel pintar atau smartphone. Namun hingga saat ini, mereka masih merilis beberapa ponsel premium dan menengah tiap tahunnya untuk membuktikan bahwa mereka masih bisa membuat ponsel.
Meskipun beberapa dari perangkat ini memiliki kelebihan dan kekurangannya, harga yang lebih tinggi membuatnya lebih berharga dibandingkan dengan para pesaingnya. Sebagai akibatnya, Sony hanya bisa mengirimkan 400.000 unit pada Q1 2020.
Raksasa elektronik Jepang ini baru-baru ini merilis laporan pendapatannya untuk kuartal pertama 2020. Menurutnya, pengiriman smartphone perusahaan itu turun sebesar 64 persen (Year-of-Year) YoY di Q1 2020, penurunan terbesar dalam sejarahnya.
Pengiriman jajaran smartphone Sony Xperia telah menurun sejak 2015. Perusahaan ini memiliki kinerja yang solid pada 2013 dan 2014 dengan 39,1 juta unit setiap tahun. Kemudian, akhirnya turun menjadi hanya 3,2 juta unit pada tahun 2019. Itu hampir 50 persen lebih rendah dari 6,5 juta unit pada tahun 2018.
Dengan merujuk pada laporan keuangannya itu, bisnis smartphone Sony tampaknya tidak memiliki masa depan yang cerah. Apalagi saat ini para vendor asal Tiongkok seperti Xiaomi, Vivo, Oppo, dan Realme sangat agresif meluncurkan ponsel premiumnya terus menerus tanpa henti.
Fokus Sony memasarkan ponsel hanya di beberapa wilayah juga terancam. Itu karena Oppo dan Xiaomi, misalnya, mulai menyambangi area yang menjadi andalan Sony seperti benua Eropa.
Maka dari itu, perusahaan harus mengubah strateginya untuk bisa naik ke puncak lagi di salah satu industri paling kompetitif di dunia. Misalnya dengan membuat lineup baru untuk melakukan lebih baik jika ingin mempertahankan relevansi di pasar.
Baru-baru ini, Sony telah menggabungkan bisnis Komunikasi Selulernya dengan Imaging Products & Solutions dan Home Entertainment & Sound di bawah perusahaan induk baru yang disebut 'Sony Electronics Corporation'. Mungkin, ini akan membantu perusahaan membangun produk yang menarik bagi pelanggan.