Setiap tahun, Google meluncurkan seri terbaru sistem operasi Android. Dan tahun ini, Google pertama kali memperkenalkan OS Android 11 dalam bentuk preview untuk pengembang pada bulan Februari lalu. Tak lama kemudian, peluncuran tersebut disusul dengan rilis versi kedua, ketiga, dan keempat selama beberapa bulan terakhir.
Awal bulan ini, Google merilis Android 11 Beta. Sebelumnya, tim Braintologi mengulas lebih dalam mengenai cara update Android 11 untuk smartphone Pixel.
Melalui versi Beta ini, pengguna bisa mencicipi bagaimana fitur-fitur canggih dan terbaru. Akan tetapi, seiring makin banyak pengguna yang sudah mencoba, muncul pula fakta terbaru yang terbilang mengecewakan. Yakni, tiga fitur baru Android 11 tak akan tersedia untuk semua jenis smartphone.
Fakta tersebut bermula dari dokumen Compatibility Definition Document (CDD) yang dibagikan aku Twitter @deletescape. FYI, melansir dari laman Source Android CDD adalah dokumen yang berisikan persyaratan yang harus dimiliki perangkat agar kompatibel menjalankan sistem operasi versi terbaru.
Dan dari dokumen tersebut, @deletescape menggarisbawahi adanya 60 perubahan yang menarik; yang berkaitan dengan implementasi API tertentu, penjelasan mengenai fitur baru, serta implementasi fitur kernel terentu.
Hanya saja, dari 60 perubahan dokumen, tiga paling mencuri perhatian karena berkaitan langsung dengan fitur baru Android 11. Ya, ketiga fitur tersebut nggak akan bisa dipakai semua jenis smartphone.
Fitur Device Controls atau Kontrol Perangkat adalah fitur dari Android 11 yang berfungsi untuk menampilkan kontrol dari perangkat Rumah Pintar (Smart Home) pada layar HP. Ya, kamu bissa mematikan lampu, menutup garasi, menghidupkan penyedot debu, mengatur temperatur rumah, serta berbagai layanan yang ditawarkan Rumah Pintar lainnya.
Bisa dibilang, inilah fitur yang membawamu lebih leluasa untuk mengatur rumah dan menyajikannya dalam genggaman tangan. Sayangnya, tak ada persyaratan bagi OEM untuk mengimplementasikannya. Dan kalo vendor tetap ingin menambahkan fitur ini, satu-satunya cara yang bisa dilakukan adalah mencabut fitur tersebut dari dukungan perangkat.
Memang, melalui dokumen CDD, ada beberapa persyaratan yang bisa kita dapatkan. Hanya saja, pada tanggal 20 Mei lalu, Google memperbarui dokumen dan mengubah peraturan. “Fitur Device Controls bisa diimplementasikan tapi nggak wajib”, tulis Google dalam dokumen CDD.
Yah, semoga aja vendor nggak serta merta menghapus fitur ini dari OS yang sudah ditanamkan, ya. Dan sampai saat ini pun masih belum pasti mengenai keterangan akankah fitur ini bakal diluncurkan atau tidak oleh Google. Tunggu aja beberapa bulan lagi.
Salah satu keunggulan terbesar Android dibandingkan iOS adalah kemampuannya untuk mengatur pemberitahuan. Dan keunggulan tersebut bakal makin lebar pada Android 11 yang memperkenalkan fitur Conversation.
Pada Android 11, pemberitahuan dari aplikasi chatting bakal dikelompokkan dan ditampilkan pada panel khusus yang terletak di atas pemberitahuan dari aplikasi lain. Efeknya, pengguna bisa lebih cepat melihat pemberitahuan dan membalasnya, tanpa harus mengusap layar untuk mencari di tengah tumpukan notifikasi dari aplikasi lain.
Sayangnya, perubahan pada fitur pemberitahuan ini kemungkinan nggak bakal tersedia untuk semua perangkat. Google memberi pilihan pada vendor untuk memilih antara “pengelompokkan atau menampilkan notifikasi percakapan di atas notifikasi bukan percakapan.
Memang, vendor kerap menyesuaikan panel notifikasi sesuai visi dan selera perusahaan. Maka, bukan hal yang mengejutkan pula jika akhirnya Google memberi pilihan untuk pengaktifan fitur ini. Tapi tetap saja, sayang sekali rasanya kalo Google nggak memaksa semua vendor agar konsisten menggunakan fitur ini jika perangkat sudah menjalankan OS Android 11.
Terakhir, salah satu fitur yang paling menarik minat banyak pengguna adalah API untuk Dokumen Identitas Pribadi. Sebagaimana yang pernah dijelaskan XDA-Developers tahun lalu, fitur ini dirancang agar aplikasi bisa menyimpan file digital dari dokumen pribadi, contohnya Surat Ijin Mengemudi (SIM), di perangkat.
Beberapa negara sudah menyetujui penyimpanan data pribadi perangkat. Beberapa negara bagian Amerika Serikat bahkan sudah melegalkannya. Akan tetapi, sampai saat ini Google masih mengembangkan agar fitur ini lebih aman serta memiliki data penyimpanan offline yang lebih terjaga.
Saat Google pertama kali menawarkan fitur ini pada bulan Januari lalu, perusahaan menjadikannya dalam satu paket fitur Android 11. Hanya saja, persyaratan ini pun sedikit diregangkan Google pada bulan Maret. Hasilnya, kini perusahaan hanya merekomendasikan agar vendor dengan smartphone yang kompatibel saja yang bisa memasangnya.
Perubahan ini bukanlah sesuatu yang mengejutkan. Apalagi fitur ini juga membutuhkan implementasi khusus dari vendor. Dan khusus untuk negara dunia ketiga, pun juga Indonesia yang katanya sudah jadi negara maju menurut Amerika Serikat, tampaknya pengimplementasian fitur ini masih membutuhkan waktu lebih lama.
Ya, sama seperti kedua fitur sebelumnya, pengguna Android 11 di Indonesia kemungkinan besar nggak akan bisa menikmati fitur IdentityCredential API. Dan berdasarkan dokumen yang penulis baca, perubahan paling anyar diberikan perusahaan pada tanggal 10 Juni lalu.
Tapi, masih ada kemungkinan kok kalo Google bakal membuat beberapa perubahan. Dan sembari menunggu fitur baru Android 11 resmi dirilis perusahaan, baca terus aja artikel di Braintologi, ya. Kamu bakal mendapatkan beragam informasi terupdate seputar teknologi, lho.
Baca juga: