Google Alphabet akan menggelontorkan bayaran kepada perusahaan media yang ada di dunia agar mau menggunakan konten mereka di search engine Google. Nah, perusahaan media akan diberi bayaran sebesar USD 1 miliar atau jika dirupiahkan sekitar Rp 14,8 triliun dalam tiga tahun berturut-turut.
Sundar Pichai, selaku CEO Google menginformasikan kabar tersebut melalui postingan blog terkait kehadiran produk Google yang baru, yaitu Google News Showcase (01/11/2020). Pichai mengungkapkan bahwa langkah pembayaran itu dianggap bisa membantu Google meraup dukungan yang besar selama pengawasan yang meningkat secara signifikan di dunia.
Berbagai perusahaan media sudah lama memperjuangkan agar bisa mendapat kompensasi dari search engine Google yang populer ini karena telah memanfaatkan konten mereka. Perjuangan perusahaan media ini digerakkan oleh perusahaan media di Eropa.
Pichai menambahkan bahwa Google News Showcase bakal dirilis di Jerman untuk kali pertama perilisannya. Menurutnya, pihak Google telah mendata berbagai surat kabar di negeri itu seperti, Der Spiegel, Die Zeit, dan Stern.
Program yang serupa akan dirilis di beberapa negara, di antaranya Belanda, Belgia, India dan negara lain akan menyusul. Terdapat 200 media yang sudah terdaftar yang berasal dari berbagai negara seperti Australia, Argentina, Kanada, Inggris, Jerman dan Brasil. Seluruh media itu telah mendaftar agar mendapat produk Google News Showcase.
“Komitmen keuangan ini--yang terbesar dari kami hingga saat ini--akan membayar media untuk membuat dan mengkurasi konten berkualitas tinggi untuk beragam jenis pengalaman berita online,” ujar Pichai.
Untuk informasi tambahan, perusahaan induk Google, yaitu Alphabet telah meraup laba bersih sebesar USD 34,3 miliar atau setara Rp 507,6 triliun dari pendapatan tahun lalu yang mencapai USD 262 miliar yang setar dengan Rp 2.300 triliun.
Melalui produk Google News Showcase itu, media akan bisa memilih dan mempresentasikan sejumlah artikel yang mereka buat. Artikel-artikel tersebut akan dirilis di Google News versi Android dan iOS.
“Pendekatannya berbeda dari produk kami sebelumnya karena bergantung kepada pilihan editorial yang dibuat oleh masing-masing media tentang berita mana yang akan ditunjukkan kepada pembaca dan bagaimana cara menyajikannya,” imbuh Pichai.
Perusahaan media Jerman, Grup Spiegel merespon baik program itu dan mengatakan bahwa Google sungguh-sungguh memberi dukungan pada jurnalisme di Jerman.
“Kami senang menjadi bagian darinya sejak awal,” ujar direktur pelaksana Spiegel Grup, Sefan Ottlitz.
Sedangkan Perkumpulan Penerbit Eropa atau European Publishers Council yang memiliki anggota seperti The Guardian, News UK, New York Times, Schibted, dan Pearson, memberi tanggapan yang cukup sinis. Mereka mengamati bahwa Google akan memberi syarat dan ketentuan bagi setiap artikel yang diusung oleh program teranyar itu.
“Bisa merusak undang-undang yang dirancang untuk menciptakan kondisi untuk negosiasi yang adil, sambil mengklaim bahwa mereka membantu mendanai produksi berita,” ujar Angela Mills Wade, selaku Direktur Eksekutif EPC.
EPC menyambut dingin kemunculan produk Google ini, meskipun telah disepakati oleh berbagai media asal Jerman, Australia, dan Brasil. Saat ini Google tengah melakukan negosiasi dengan media Prancis, yang mana media tersebut merupakan salah satu media yang paling vokal mengkritik produk baru Google ini.
Sedangkan, Australia menuntut Facebook dan Google agar mau membagi hasil pendapatannya dari iklan dengan media lokal di negeri Kanguru. Gelontoran dana yang dikeluarkan Google ini membuat berbagai media lain, seperti situs ramalan cuaca, melayangkan protes keras dengan menyatakan bahwa Google telah merusak profit yang telah mereka dapatkan.
Baca juga: