Menjelang pemilu 2020 di Amerika Serikat, Twitter mulai menunjukkan sebuah peringatan jika kamu meretweet sebuah cuitan yang telah diberikan label karena berpotensi menyebarkan informasi sesat.
Kini Twitter berencana memperluas fungsi peringatan tersebut hingga kamu mencoba memberikan like kepada cuitan berlabel tersebut, sebagaimana yang telah diumumkan oleh perusahaan baru-baru ini.
Fungsi tersebut bakal bisa diterapkan di web dan iOS secara global pekan ini, tidak lama lagi bakal bisa digunakan oleh pengguna Android, sebagaimana yang dihimpun dari The Verge.
Dengan menambahkan peringatan pada kutipan tweet ini diklaim bakal bisa menurunkan sebesar 29 persen persebaran informasi palsu yang menyesatkan publik.
Tampaknya, Twitter berharap merencanakan peringatan baru ini bisa ditampilkan sebelum jumlah like dari cuitan berlabel itu bakal mengurangi jumlah like dari konten yang diberi label.
Peringatan yang diberikan oleh pihak Twitter kepada konten yang dianggap menyesatkan ini bukanlah satu-satunya batasan yang diberikan Twitter. Perusahaan juga menambahkan sejumlah friksi dalam platform untuk mengurangi penyebaran berita palsu.
Baru-baru ini, ketika pengguna mencoba mebagikan sebuah retweet, maka Twitter bakal membuka jendela baru untuk membuat kutipan tweet ketimbang langsung membagikan tweet tersebut kepada para follower.
Nah, kamu tidak harus menuliskan apa-apa, namun, kamu masih bisa memposting retweet standar. Kamu hanya perlu menekan tombol “Retweet” di jendela tulis. Ini merupakan format baru dalam meretweet.
Terakhir kali Twitter menampilkan peringatan sebelum meretweet cuitan berlabel dan perubahan pada format retweet telah diberlakukan sampai akhir pemilu AS. Fitur ini merupakan bagian dari cara Twitter menangkal penyebaran informasi palsu dan menyesatkan publik.
Fitur peringatan kepada cuitan berlabel ini bakal membuat para pengguna untuk berpikir dua kali sebelum membagikan sebuah retweet. Metode ini cukup berhasil mengurangi penyebaran informasi palsu, meskipun tidak secara masif. Tapi setidaknya ada usaha dari pihak pengembang platform media sosial.
Langkah ini belum dilakukan oleh media sosial milik Mark Zuckerberg, yaitu Facebook. Beberapa waktu lalu pemilik Facebook itu diinterogasi bersama pimpinan Twitter oleh senator AS.
Sebelumnya Facebook juga diblokir oleh pemerintah Kepulauan Solomon karena pengguna platform tersebut mengolok-olok pemerintah dengan cara yang tidak sopan. Ke depannya, Facebook diharapkan bisa turut serta dalam mengurangi penyebaran berita palsu yang merajalela di dunia media sosial.
Baca Juga: