Sementara rencana Facebook untuk meluncurkan mata uang kripto-nya terbentur dengan regulator AS, aplikasi pesan lainnya asal Rusia yang dikenal dengan Telegram dikabarkan akan segera meluncurkan mata uang kriptonya yang bernama Gram.
Sebagaimana dilansir The New York Times, Selasa (27/8/2019), mata uang kripto milik Telegram itu rencananya akan diluncurkan dalam dua bulan mendatang, tepatnya pada akhir Oktober yaitu 31 Oktober.
Padahal, sebelumnya aplikasi pesan besutan Pavel Durov itu sempat membatalkan initial coin offering (ICO) dari Gram. Oleh karena itu, kabar akan diluncurkannya Gram mungkin dirasa sangat mengejutkan. Jika pada tanggal 31 Oktober tidak dikirimkan, secara hukum Telegram akan kehilangan 1,7 miliar dolar AS.
Lantas, seperti apa penggunaan Gram? Tiga investor anonim Telegram yang tak disebutkan namanya menyebutkan, jika mata uang kripto ini diluncurkan, pengguna Telegram bisa menyimpan koin di dompet digital Gram.
Dompet digital Gram inilah yang ditawarkan ke lebih dari 200 juta penggunanya di seluruh dunia. Sayangnya, belum jelas bagaimana regulator bakal menyetujui mata uang kripto milik Telegram ini. Selain mata uang kripto Telegram, Libra milik Facebook juga kabarnya bakal dirilis di Amerika Serikat. Namun sampai saat ini masih terus dalam pembicaraan dengan regulator setempat.
Menurut penulis yang berbasis di Inggris David Gerard, yang menerbitkan Serangan Blockchain 50 Foot, "Saya tidak melihat adanya kemungkinan bahwa Telegram bisa mendapatkan regulasi pada akhir Oktober."
"Rencana Telegram untuk Gram sangat mirip dengan rencana Facebook untuk Libra - sebuah jaringan besar menjalankan tanda sebagai mata uang pertukaran pribadi, dengan penerbitan sepenuhnya pribadi, dengan dukungan yang dipertanyakan," tegas Gerard dalam sebuah postingan di blog-nya.
Telegram diciptakan oleh Pavel Durov, seorang libertarian yang menggambarkan diri sendiri yang melarikan diri dari Rusia setelah bentrok dengan pemerintah dan dipaksa untuk menjual jaringan sosial pertamanya yang sukses, VKontakte. Durov kini berpindah-pindah di antara Timur Tengah dan Eropa.
Aplikasi Telegram membuatnya mudah untuk mengirim pesan terenkripsi antar ponsel. Itu telah membuatnya populer baik dengan para teroris dan dengan para pembangkang dan pengunjuk rasa pemerintah, paling baru di Hong Kong.
Terkait pemberitaan ini, juru bicara Telegram pun tidak menanggapi beberapa permintaan komentar.