Korea Utara dikenal sebagai negara yang tertutup dan sangat berhati-hati dengan dunia luar. Karenanya, tidak jarang, masyarakat di negara tersebut disebut-sebut tertutup pada perkembangan teknologi.
Terlebih, pemerintah Korea Utara sangat otoriter sehingga membatasi kepemilikan teknologi oleh masyarakatnya. Namun, laporan terbaru ternyata menunjukkan hal berbeda.
Seperti dilansir The Sun pekan lalu (28/6/2019), Korea Utara baru saja merilis sebuah smartphone baru yang diberi nama Pyongyang 2425. Uniknya, smartphone itu buatan Tiongkok dan pemerintah juga tetap membatasi warga negaranya dari mengakses informasi tentang dunia luar.
Memiliki desain seperti iPhone X, Pyongyang 2425 adalah perangkat Android. Smartphone tersebut ditenagai oleh prosesor delapan inti, memiliki teknologi pengenalan wajah, dan dapat disi daya secara nirkabel. Namun, smartphone tersebut tidak bisa terhubung ke Wi-Fi asing dan penggunanya tak diberi akses untuk membuka fitur kamera dan mengganti nada dering bawaan pabrik.
Sebagai gantinya, warga Korea Utara hanya bisa menghubungkan Pyongyang 2425 ke sebuah jaringan internet atau intranet yang bernama Mirae. Mirae adalah jaringan intranet yang menjadi sarana Korea Utara untuk menyebarkan propaganda sebagaimana dijelaskan di Mirror (28/6).
Sementara itu, sebuah media asal Korea Selatan bernama Daily NK berhasil mendapatkan smartphone tersebut. Saat dilakukan pengecekan nomor serialnya, smartphone tersebut benar-benar dibuat di Tiongkok.
Para ahli berasumsi bahwa Pyongyang 2425 telah diimpor dari Tiongkok sebagai produk jadi. Sedangkan pihak Korea Utara hanya memasukkan software-nya saja.
"Korea Utara sepertinya memesan ponsel tersebut dengan syarat mereka akan mengganti software yang ada di dalamnya," kata seorang ahli yang tak mau disebutkan namanya alias anonim.
"Mengganti software-nya mungkin akan menyebabkan beberapa masalah fungsional, namun apa pun jenis hardware yang dipakai, Korut sepertinya tetap bisa mengubah software tersebut setelah smartphonenya diimpor," imbuhnya.
Software yang terpasang pada smartphone itu antara lain aplikasi bahasa Tiongkok dan Inggris, serta ensiklopedia yang sudah mendapatkan izin dari pemerintah Korut dan aplikasi pemantau cuaca. Selain itu, ada aplikasi perpustakaan yang memiliki tampilan seperti Apple Books namun isinya adalah bacaan yang dibuat dan dikeluarkan oleh pemerintah Korut.
Ironisnya, masyarakat Korut yang ingin memasang aplikasi tersebut tidak bisa mengunduhnya secara manual karena keterbatasan koneksi internet yang ada. Oleh karena itu, mereka harus datang ke toko dan meminta para teknisi untuk menginstal aplikasi yang mereka mau.
Saat ini menurut penelitian yang dilakukan oleh forum TIK Komunitas Asia Timur Laut, sekitar 40 persen dari total populasi Korea Utara menggunakan telepon pintar.
Propaganda menyarankan telepon digunakan untuk bermain game, membaca buku, mendengarkan musik, melakukan karaoke, belajar memasak, dan bahkan untuk meningkatkan hasil panen.