Kehadiran teknologi bisa berfungsi untuk memecahkan permasalahan individu maupun sosial. Hari ini, berbagai perangkat canggih terus diciptakan, tapi baru sebagian bisa menopang pengguna yang mengalami kekurangan, baik itu tuna rungu maupun tuna wicara.
Sebelumnya, Google telah merancang mesin penerjemah Google Translate yang dikembangkan agar bisa menerjemahkan bahasa isyarat ke dalam bentuk tulisan. Mungkin, ini merupakan usaha Google untuk memahami sekaligus melibatkan mereka yang mengalami kendala pedengaran dan bicara.
Baru-baru ini, Google dikabarkan tengah merancang sebuah mesin yang dapat mendeteksi bahasa isyarat. Tentu saja hal ini akan menguntungkan mereka yang mengalami kendala mendengar dan bicara.
Biasanya, ketika orang-orang melakukan video call, kebanyakan orang tuna rungu dan tuna wicara tidak mendapat sarana yang sesuai untuk mereka. Keadaan ini tidak memungkinkan mereka untuk bisa menikmati kemunculan teknologi mutakhir.
Nah, Google sedang membuat alat yang bisa mengenali bahasa isyarat secara real-time. Melalui mesin ini, Google bisa mengerti kapan bahasa isyarat digunakan dan kapan diawali serta diakhiri. Ini membuat mesin tersebut tidak hanya bisa mengenali suara saja.
Melansir TechCrunch, mesin dengan sistem pendeteksi bahasa isyarat ini bisa dijalakan dengan lancar dan tanpa ada jeda atau penundaan sehingga bisa membuat kualitas video berkurang maupun tersendat-sendat.
Latensi mempunyai pengaruh yang cukup signifikan agar bisa mengenali bahasa isyarat agar video tidak berjeda. Melalui mekanisme ini, Google merancang mekanisme yang tidak berat dan bisa diandalkan.
Sistem ini akan mengoperasikan video model yang disebut PoseNet. PoseNet ini bisa mengenali posisi anggota badan.
Data visual ini sudah disederhanakan melalui metode garis, yang kemudian akan dikirim ke sebuah sistem yang sudah memahami pose, misalnya sistem akan mengenali sebuah video yang memakai bahasa isyarat Jerman kemudian akan mencocokkan gambar dengan tampilan garis yang berasal dari gerakan-gerakan tertentu.
Sistem dengan mekanisme yang simpel ini mampu memberikan prediksi penggunaan bahasa isyarat dengan tingkat akurasi yang mencapai 80%. Tidak hanya sampai di situ, jika mesin pendeteksi bahasa isyarat ini ditingkatkan lagi maka akan mampu memprediksi hingga 90,1%.
Apabila sistem ini dibandingkan dengan sistem yang bisa mendeteksi “ucapan aktif” dalam video call, mesin ini bisa mengenali ucapan seseorang, namun tidak mampu mendeteksi batuk.
Sistem menerapkan mekanisme cerdas tanpa harus menambahkan sinyal “seseorang sedang menggunakan bahasa isyarat” saat melakukan panggilan. Sumber audio virtual digunakan agar bisa menghasilkan nada 20kHz, yang mana hal tersebut tidak terjangkau oleh pendengaran manusia. Akan tetapi, tetap dipantau oleh sistem audio komputer.
Sinyal tersebut bisa dihasilkan oleh orang yang memakai bahasa isyarat, menciptakan algoritma yang bisa mendeteksi ucapan “berpikir”. Algoritma ini bisa mengetahui apakah seseorang berbicara dengan nada suara yang keras atau tidak. Hingga kini, sistem ini baru ada dalam versi demo saja.
Baca juga: