Menyusul pemberitaan tentang putus hubungannya Google dengan Huawei, serta empat perusahaan lain yang mengikuti jejak Huawei, yakni Qualcomm, Intel, Xilink, dan Broadcomm, pendiri dan CEO Huawei Technologies, Ren Zhengfei seperti dikutip Channel News Asia, Senin (20/5/2019) akan terus mengembangkan komponennya sendiri untuk mengurangi ketergantungannya pada pemasok luar.
"Kami sudah mempersiapkan ini semua," kata Ren kepada sekelompok wartawan Jepang dalam wawancara pertamanya.
Ren bahkan mengungkapkan, Huawei akan baik-baik saja jika perusahaan lainnya selain Google seperti Qualcomm tidak menjual chip mereka kepada Huawei.Pernyataan serupa juga pernah disampaikan oleh unit HiSilicon Technologies, pendesain chip prosesor inti.
Dalam sebuah surat terbuka beberapa waktu lalu, presiden dari anak perusahaan pembuat chip Huawei, HiSilicon Teresa He Tingbo mengkonfirmasi peralihan ke mode darurat. "Kami telah memprediksi hal ini selama bertahun-tahun, dan kami memang memiliki rencana cadangan".
Lebih lanjut, Ren mengatakan Huawei tidak akan mau diatur oleh pemerintah AS. "Kami tidak akan mengubah manajemen kami sesuai permintaan AS, atau menyetujui pemantauan seperti yang dilakukan ZTE," tuturnya. ZTE nyaris runtuh tahun lalu setelah perusahaan-perusahaan AS dilarang menjual komponen-komponen vital karena perusahaan asal Tiongkok itu terus berhubungan dengan Iran dan Korea Utara.
Pembatasan AS terhadap Huawei merupakan dampak dari tensi perang dagang antara AS dan Tiongkok.
Selain itu, smartphone dan peralatan jaringan Huawei dituding dapat digunakan oleh Tiongkok untuk memata-matai warga AS. Huawei sendiri berulang kali membantah tudingan tersebut.
Presiden AS, Donald Trump, mengeluarkan larangan perusahaan di AS bertransaksi dengan Huawei melalui executive order (perintah eksekutif) pada pekan lalu.
Dilaporkan CNBC, executive order ini mengizinkan Menteri Perdagangan AS, Wilbur Ross, untuk memblokir segala transaksi yang melibatkan teknologi informasi dan komunikasi yang memberi ancaman terhadap keamanan nasional AS.
Sejauh ini, belum ada konfirmasi dari keempat perusahaan tersebut. Perwakilan dari Kementerian Perdagangan AS juga belum memberikan pernyataan lebih lanjut. Namun, Huawei pun sudah memberikan pernyataan resminya terkait masalah tersebut.
"Huawei telah memberikan kontribusi yang substansial untuk pengembangan dan pertumbuhan Android di seluruh dunia. Sebagai salah satu mitra global utama Android, kami telah bekerja erat dengan platform open-source mereka untuk mengembangkan ekosistem yang telah menguntungkan pengguna dan industri." Katanya pada XDA-Developers.
Ke depannya, Huawei akan terus memberikan pembaruan keamanan dan layanan purna jual untuk semua produk smartphone dan tablet Huawei dan Honor yang ada yang mencakup produk-produk tersebut telah dijual atau masih ada stok secara global.
"Kami ingin terus membangun perangkat lunak ekosistem yang aman dan berkelanjutan, untuk memberikan pengalaman terbaik bagi semua pengguna secara global." Pungkasnya.