Dijelaskan dalam Laporan Tahunan Honeynet Project 2018, dari 21 sensor yang sudah dipasang oleh Badan Siber dan Sandi Negara, terdapat 12.895.554 serangan terhadap keamanan siber Indonesia. Dan dari beragam jenis virus, malware adalah salah satu jenis yang paling banyak dikirimkan oleh pihak peretas.
Buat kita, masyarakat awam yang tengah ikut dalam hype teknologi, soal keamanan data dan siber mungkin nggak terlalu dijadikan persoalan. Padahal, kalo dipahami dengan benar, dampaknya ternyata besar terhadap hidup seseorang.
Dan FYI, ada lagi satu laporan terbaru terkait perangkat yang rentang terkena serangan siber. Dilansir dari Checkpoint Research, ternyata kamera DSLR jadi salah satu perangkat yang mudah dan rentan terkena serangan Ransomware, lho.
Tahun 2017 lalu, pernah tersiar kabar akan adanya virus ransomware bernama WannaCry. Dilaporkan, tak kurang dari 150 negara di dunia mengaku terkena serangan virus yang fungsinya menahan data pengguna ini.
Sedangkan di Indonesia sendiri, serangan ransomware hanya berhasil memasuki beberapa rumah sakit. Tercatat, ada dua rumah sakit yang terdampak, yakni Harapan Kita dan Dharmais. Hasilnya, masing-masing pihak pun dibikin report akibat sistem database yang berhasil dikuasai virus. Peretas menang.
Kini, kejadian yang sama mungkin jarang diberitakan secara nasional. Pemerintah pun sedang sibuk menggarap UU Keamanan Data. Soal virus yang rentan menyerang keamanan kita begitu saja dikesampingkan. Hasil lainnya, wawasan dasar untuk memahami virus ransomware pun berkurang.
Jadi, sebagai pelengkap, ransomware adalah sejenis malware yang mampu mengambil alih kendali sebuah komputer dan bikin pemilik jadi gagal untuk mengakses. Biasanya, agar pengguna bisa mendapatkan akses dan datanya lagi, peretas bakal mengirimkan pesan berisikan tebusan. Begitula penjelasan dari professor John Villasenor dari University of California.
Pada sebagian besar kasus, keberhasilan virus ransomware untuk menyusupi sistem biasanya berasal dari tautan atau lampiran dalam pesan-pesan yang ada di email kita. Dalam istilah dunia hacker, hal ini disebut sebagai phishing.
Jadi, kalo kamu kerap mendapat email berisikan alamat yang membawamu masuk ke halaman lain, mulai waspada aja, deh. Sepanjang kamu nggak merasa dikirimi seseorang link tersebut, atau selama link itu berasal dari alamat yang nggak kamu kenal, lebih baik jangan dibuka, ya.
Dalam video yang diunggah oleh perusahaan keamanan jaringan, Check Point Software Technologies, Ltd., dijelaskan bagaimana salah satu peneliti keamanan siber mereka, Eyal Itkin, mampu memasang malware dengan mudah pada kamera DSLR yang disediakan. Selain itu, Eyal juga menjelaskan langkah demi langkah proses peretasan dari kamera DSLR.
Menurut Eyal, kondisi ini disebabkan perbedaan teknologi yang digunakan kamera terkini dengan kamera dulu. Ya, pada kamera terkini, biasanya sudah dibekali fitur Wi-Fi atau USB. Sedangkan kedua fitur tersebut menjadi salah satu metode paling ideal dari peretas untuk menanamkan malware.
Dalam laporan yang disertakan pada halaman situs resmi Check Point, dijelaskan jika setiap individu yang mengakses Wi-Fi yang sudah terinfeksi peretas, bisa menjadi titik awal dari peretas untuk menguasai sistem data dari kamera yang digunakan.
Laporan penelitian ini disampaikan Check Point seminggu setelah mereka memberikan saran keamanan kepada pengguna perangkat digital. Menurut peneliti Check Point, sebaiknya pengguna jangan sembarangan menyambungkan koneksi pada Wi-Fi yang nggak dilindungi enkripsi password. Biasanya, Wi-Fi seperti ini sudah terinfeksi oleh peretas.